Apa pendapat anda saat melihat Ferari untuk Formula 1 digunakan untuk mengangkut pasir? Gemes bahkan mungkin teriak NGAWUR.
Pendapat kita secara umum akan sama, Ferari Formula 1 tempatnya ya di sirkuit mas. Kendaraan itu harus dibebani oleh kecepatan yang maksimum agar teruji daya tahan mesinmya, fleksibelitas suspensi, dan seluruh instrument spare part dalam mobil tersebut.Â
Pun juga jika sebaliknya, Ferari itu hanya dipajang dalam bagasi. Dipanasi tiap hari, dicuci bersih hingga mengkilat dan selalu digembar gemborkan bahwa mobil ini dapat melaju diatas 300 km/ jam. Lambat laun Ferari akan mengalami penurunan kemampuan dan ketika dilepas di sirkuit maka hasilnya mobil tak akan mampu mencapai kecepatan maksimum.Â
Semua kisah di atas adalah tentang bakat yang ada pada Ferari F1. Dia tercipta untuk berpacu di sirkuit
Ferari sport meski diciptakan untuk berpacu di sirkuit, dia tidak bisa langsung diturunkan. Harus ada latihan dan pembelajaran. Latihan terhadap speed, daya tahan mesin dan lingkup sirkuit. Satu lap (putaran) yang mungkin awalnya 30 menit harus dipacu mendekati titik paling cepatnya. Mempelajari bagaimana daya‚ tahan mesin tidak mudah hit.
Untuk mampu bersaing, ferari ini harus berlatih dan belajar tiap hari. Si pengendara harus memiliki rasa sayang dan merawat kekuatan agar performanya terus meningkat dan menjadi pemenang di kelasnya.
Latihan dan belajar adalah beban yang diberikan si Pemilik, agar saat bertanding yang sesungguhnya, Ferari ini siap.Â
Begitulah Allah berkehendak pada manusia. Saat dilahirkan, Allah membekali manusia dengan pembawaan yang disebut syakilah (bakat). Ini merupakan salah satu dalam elemen Fitrah manusia. Bakat inilah yang akan membimbing manusia untuk survive menjalani kehidupan.
Allah pun memberikan beban pada diri manusia sesuai kadar prosentase bakat yang mampu dikembangkanya dalam bentuk dalam bentuk ‘latihan’ dan ‘Belajar’. Sebelum manusia memiliki nalar yang mampu membedakan ini salah itu benar, maka latihan dan belajar yang Allah berikan banyak memberikan dispensasi (kelonggaran) yang dimaafkan. Begitulah pelatihan yang masih melatih murid yang sabuk putih di tahun tahun awal latihan.
Tatkala sudah masuk sabuk hijau ke coklat, maka kesalahan yang terjadi saat bertanding akan berakibat kekalahan bahkan bisa celaka. Begitupun dengan kehidupan, kesalahan sekecil apapun yang dilakukan saat manusia sadar nilai, maka beban itu akan berkonsekuensi fatal baginya baik secara fisik maupun kejiwaan.
Allah Maha Mengetahui ciptaan-Nya, maka ruang recovery atau pemulihan tetap diberikan. Kesalahan yang berdampak pahit dan getirnya hidup diberikan stimulus ampunan jika hambaNya ingin memperbaikinya. Sehingga beban itu kembali dijalani agar sang hamba naik kelas.
Allah pun memberikan beban itu sesuai dengan bakat yang dimiliki si hamba. Agar hamba itu memiliki spirit untuk bangkit dan terbakar passion nya untuk menaklukkan beban itu.Â
Maka agar anda tidak ngawur, pahamilah bakat anda supaya tidak keder menghadapi beban hidup.Â
Jadi sudah tahukah apa bakat anda?
(Adi Wicaksono)
Sumber: https://allsmart.id/beban-hidup-itu-sesuai-dengan-bakat-seseorang
0 Commnets
Leave A Comment
You need to be sure there isn't anything embarrassing hidden in the repeat predefined